Al-Qur’an dan Sunnah adalah sumber utama ajaran Islam. Prinsip “Kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah” yang menjadi landasan awal gerakan dakwah Muhammadiyah merupakan penegasan tentang kedudukan kedua sumber utama itu dalam merumuskan pandangan dan mengembangkan pemikiran keagamaan secara aplikatif dengan menjadikannya sebagai Risalah Islam Berkemajuan.
Al-Qur’an menyatakan bahwa umat Islam adalah ummatan wasathan (umat yang berada di tengah), yang mengandung makna unggul dan tegak, tidak bersikap ghuluw (berlebihan) dalam beragama, juga tidak bersikap mengabaikan. Dan Sunnah sebagai penjelasan dari Al-Qur’an memberikan pencerahan bahwa Islam adalah agama yang paling sempurna dari sisi aqidah, syariah, ibadah, dan muamalah.
Kedua sumber utama ajaran Islam tersebut dipahami Muhammadiyah sebagai jalan kuat untuk menjalankan Risalah Islam Berkemajuan sebagai amanat yang ditetapkan dalam Muktamar Muhammadiyah.
Persyarikatan Muhammadiyah memandangi bahwa jika Islam dipahami dan diamalkan dengan benar, akan melahirkan umat yang berkualitas unggul dan berperadaban maju. Karena Islam sendiri sesungguhnya adalah agama yang meninggikan derajat dan memajukan kehidupan manusia dalam semua lini kehidupan.
Muhammadiyah mengemban Risalah Islam Berkemajuan melalui gerakan tajdid, karena dalam menjalankan ajaran agama, Muhammadiyah harus berperan aktif untuk menjawab dinamika dan tantangan baru yang belum pernah muncul pada masa-masa sebelumnya. Gerakan tajdid berfungsi memberikan penyelesaian semua persoalan dan melahirkan gagasan-gagasan baru yang memajukan kehidupan dengan tetap melandaskan pada sumber utama ajaran Islam.
Dalam menghadapi tantangan dan dinamika tersebut, Muhammadiyah tetap berupaya menunjukkan sikap terbuka terhadap perkembangan dan meyakini perlunya penafsiran Islam agar tetap mampu menjawab tantangan zaman tanpa mengubah ajaran dasar agama, karena tajdid bermakna menemukan kembali hakikat agama, bukan ancaman terhadap kemurnian dan keaslian ajaran agama.
Dengan gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar berbasiskan pada Risalah Islam Berkemajuan, Muhammadiyah harus terus bergerak mengurai sikap yang membelenggu pemahaman Islam dalam satu pandangan yang sama, yakni mewujudkan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Sejak Muhammadiyah masuk dan hadir di Aceh pada tahun 1923, sudah banyak upaya yang dilakukan agar Muhammadiyah mendapatkan penerimaan yang baik di kalangan masyrakat Aceh dan tidak dipandang berseberangan dengan apa yang selama ini dipahami masyarakat Aceh.
Dalam masa yang panjang, Muhammadiyah di Aceh sudah banyak menorehkan berbagai prestasi dan keunggulan dalam gerakan dakwah di beberapa bidang, seperti dakwah di bidang pendidikan, layanan sosial kemasyarakatan, layanan kesehatan, dan lainnya. Namun, kendala yang dihadapi Muhammadiyah juga membutuhkan kerja keras dan cerdas dari seluruh keluarga besar Muhammadiyah untuk bisa menghadirkan diri sebagai bagian dari kaum Muslimin di Aceh. Sebab, hingga kini masih muncul pandangan-pandangan sempit dan stigma buruk serta skeptis dalam melihat Muhammadiyah, sehingga dikesankan seperti membawa ajaran baru dan dianggap tidak menjadi bagian dari Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Untuk itu, melalui perhelatan Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Aceh yang akan datang, perlu dirancang bangun kembali strategi dan metode dakwah yang lebih membumi dan bermartabat, tanpa harus menghilangkan ‘izzah dan khittah Muhammadiyah sebagai gerakan “Kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah”. Diperlukan kepemimpinan yang kuat dan mampu memberikan pencerahan dan penjelasan kepada masyarakat tentang Muhammadiyah.
Muhammadiyah harus terus bergerak menjelaskan dirinya pada umat, dan tentu saja ini menjadi pekerjaan besar bagi seluruh kepemimpinan dari tingkat wilayah hingga ke ranting dan menjadi kewajiban juga bagi seluruh keluarga besar Muhammadiyah di Aceh.
Karenanya, setiap warga Muhammadiyah, lebih khusus lagi adalah para pemimpin di Muhammadiyah Aceh, agar mendalami dan memahami dengan baik makna Risalah Islam Berkemajuan yang diamanatkan dalam Muktamar Muhammadiyah, sehingga mampu menjelaskan tentang berbagai gerakan dakwah Muhammadiyah kepada masyarakat lewat tiga pendekatan secara komprehensif, yakni pendekatan bayani, burhani dan irfani.
Dan ini akan terjadi jika kita, sebagai bagian keluarga besar Muhammadiyah, saling bersatu padu membangun ukhuwah dan memacu segala potensi yang dimiliki serta menampilkan pribadi-pribadi yang beradab dan berakhlak sebagaimana tuntunan Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah sebagai bentuk keteladanan di mata ummat.
Wallahu a’lam bish-shawwab.
- Koresponden : Nursanjaya Abdullah-Wakil Ketua PDM Kota Langsa
- Publisher : Suhendra
