Marrakesh, Maroko — Kiprah akademisi sekaligus praktisi Digital Healthcare Indonesia kembali mendapat sorotan di pentas dunia. Dr. Faisal Binsar, putra asal Aceh, tampil sebagai salah satu pembicara dari Indonesia dalam 4th International Conference on Social Science, Engineering, Education and Technology (ICSET) yang diselenggarakan pada 29–30 Mei 2025 di Marrakesh, Maroko.

Konferensi internasional bergengsi ini merupakan agenda tahunan yang digagas oleh Institute for Engineering Research and Publication (IFERP).

Tahun ini, ICSET menghadirkan ratusan peserta dari berbagai universitas dan institusi penelitian di seluruh dunia, membahas beragam topik yang mencakup teknologi, pendidikan, rekayasa, dan ilmu sosial.

Faisal tampil dengan presentasi bertajuk “Strategic Innovation and Educational Transformation in Digital Healthcare”, sebuah gagasan yang menyoroti urgensi reformasi pendidikan kesehatan melalui pemanfaatan teknologi digital secara strategis dan berkelanjutan.

Reputasi Akademik dan Kiprah Internasional

Faisal dikenal luas sebagai akademisi dengan jaringan internasional yang solid, terutama di bidang manajemen kesehatan dan teknologi informasi medis.

Ia merupakan pemegang sertifikasi CPD (Continuing Professional Development) dan saat ini tengah mengikuti program ISQua Scholarships, sebuah program prestisius yang berfokus pada peningkatan mutu layanan kesehatan dan penerapan AI (Artificial Intelligence) dalam sistem manajemen kesehatan global.

Tak hanya aktif sebagai pembicara, Faisal juga berkontribusi di dunia ilmiah internasional sebagai reviewer untuk International Journal for Quality in Health Care (IJQHC), sebuah jurnal terkemuka yang berada di bawah naungan International Society for Quality in Health Care (ISQua).

Digitalisasi Pendidikan Kesehatan: Keniscayaan yang Mendesak

Dalam pemaparannya di ICSET 2025, Faisal menegaskan bahwa pendidikan di sektor kesehatan harus mengalami transformasi mendalam. Ia menyampaikan bahwa dunia medis hari ini sedang beralih dari pendekatan konvensional menuju sistem pelayanan yang terdigitalisasi, dan pendidikan tenaga kesehatan harus mengikuti irama perubahan tersebut.

“Pendidikan kesehatan tidak lagi cukup hanya menekankan aspek klinis dan perawatan pasien. Para calon tenaga medis juga harus dibekali dengan keterampilan digital yang memadai agar siap berpraktik dalam ekosistem kesehatan berbasis teknologi,” ujar Faisal dalam presentasinya.

Ia menyebut, saat ini banyak rumah sakit dan klinik telah menggunakan sistem manajemen informasi kesehatan, rekam medis elektronik, hingga teknologi berbasis AI untuk membantu pengambilan keputusan medis. Namun, sebagian besar institusi pendidikan masih tertinggal dalam menyiapkan lulusan yang mampu beradaptasi dengan ekosistem tersebut.

Teknologi Canggih sebagai Sarana Edukasi
Lebih lanjut, Dr. Faisal memaparkan sejumlah teknologi mutakhir yang dapat diadopsi dalam proses pendidikan tenaga kesehatan. Di antaranya adalah Artificial Intelligence (AI), Virtual Reality (VR), Augmented Reality (AR), serta pendekatan gamifikasi (pembelajaran berbasis permainan).

“AI sudah digunakan oleh dokter di berbagai negara untuk membantu prediksi penyakit, pemrosesan data klinis, hingga memberikan rekomendasi terapeutik. Ini seharusnya juga dikenalkan sejak bangku kuliah agar mahasiswa tidak gagap teknologi saat terjun ke dunia kerja,” jelasnya.

VR dan AR, menurutnya, sangat efektif dalam simulasi tindakan medis. Dengan teknologi ini, mahasiswa dapat berlatih prosedur klinis dalam lingkungan virtual yang realistis tanpa risiko terhadap pasien. Sementara gamifikasi memungkinkan pendekatan pembelajaran yang lebih menyenangkan, mendorong partisipasi aktif, dan meningkatkan retensi pengetahuan.

“Inovasi semacam ini tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga mengurangi beban infrastruktur fisik karena sebagian besar proses pembelajaran dapat dilakukan secara digital,” tambahnya.

Kolaborasi Pasien dan Tenaga Medis Lewat Teknologi

Faisal juga menyoroti pentingnya keterlibatan pasien dalam sistem pelayanan kesehatan digital. Menurutnya, perkembangan teknologi telah memungkinkan pasien untuk lebih aktif dalam mengelola kesehatannya melalui aplikasi, dashboard pemantauan, dan akses digital terhadap rekam medis.

“Era paternalistik dalam hubungan dokter-pasien sudah bergeser. Kini, pasien menjadi mitra aktif dalam proses pengambilan keputusan. Ini menuntut tenaga kesehatan untuk memiliki pemahaman teknologi yang cukup agar mampu menjalin interaksi yang efektif melalui platform digital,” jelasnya.

Reformasi Kurikulum: Tantangan dan Peluang

Salah satu pesan penting dari presentasi Faisal adalah pentingnya reformasi kurikulum pendidikan kedokteran dan kesehatan. Menurutnya, kurikulum lama yang hanya berfokus pada teori dan praktik klinis tanpa integrasi digital tidak lagi memadai.

“Jika kita ingin menyiapkan tenaga kesehatan masa depan, maka transformasi kurikulum harus dimulai sekarang. Perlu adanya integrasi lintas disiplin, antara ilmu kesehatan dan teknologi informasi, serta pelatihan intensif bagi para dosen untuk menguasai metode pengajaran digital,” tegasnya.

Ia juga mengajak para pengambil kebijakan pendidikan, organisasi profesi, dan institusi penyelenggara layanan kesehatan untuk membangun sinergi dalam membentuk generasi tenaga medis yang cerdas teknologi, tangguh secara etika, dan responsif terhadap dinamika global.

Dari Aceh ke Panggung Dunia

Kehadiran Faisal sebagai pembicara tunggal dari Indonesia di forum internasional ICSET 2025 menjadi kebanggaan tersendiri, khususnya bagi masyarakat Aceh. Sosok akademisi berdarah Aceh ini membuktikan bahwa kontribusi intelektual anak bangsa dapat bersaing dan diakui di tingkat dunia.

Tak hanya membawa nama pribadi, Faisal membawa gagasan dan semangat transformasi pendidikan kesehatan yang sangat relevan untuk konteks Indonesia, termasuk di wilayah-wilayah yang masih menghadapi keterbatasan infrastruktur.

“Pendidikan adalah investasi jangka panjang. Jika kita ingin layanan kesehatan lebih baik, maka kita harus mulai dari cara kita mendidik calon tenaga kesehatan sejak awal. Dan itu berarti, kita harus siap bertransformasi,” tutupnya. (*)

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *