Muhammad Yamin Abduh,*

Warga Muhammadiyah patut berbangga, sebab sepanjang waktu Muhammadiyah secara organisasi selalu memiliki kejutan-kejutan dari inovasi yang dilahirkan.

Muhammadiyah, sekalipun merupakan organisasi modern, yang memiliki pengalaman sangat banyak dalam membangun amal usahanya, bahkan dijadikan objek pembelajaran oleh banyak organisasi lain, tidak lantas berleha-leha menikmati pujian semata, tetapi persyarikatan ini terus berinovasi mengasah kemampuan daya serap organisasional untuk; bukan sekedar survive, tetapi maju bersama lompatan teknologi informasi yang semakin dibutuhkan dalam mencapai tujuan organisasi.

Even-even yang diselenggarakan Muhammadiyah dapat dipastikan dijadikan momen evaluasi nilai-nilai keorganisasian yang sarat dengan “obsesi” berkemajuan.
Muhammadiyah menyerap apapun perkembangan dan dinamika lingkungan yang dapat mengakselerasi kinerja secara organisasional; baik secara konseptual maupun kontekstual  yang ditransformasikan menjadi budaya organisasi Muhammadiyah.

Daya serap ini dalam teori kerap disebut dengan absorptive capacity yang bermakna adanya kemampuan untuk mengenali dan mengevaluasi nilai informasi dan pengetahuan baru yang berasal dari luar perusahaan, melakukan asimilasi dan menerapkannya pada tujuan komersial perusahaan (Cohen & Levinthal, 1990).

Muhammadiyah kemudian mengaktualisasikan konsep absorptive capacity ini ke ranah organisasi nirlaba yang menuntut manajemen organisasi terus menerus diperbarui. Maka Muhammadiyah menjatuhkan pilihan untuk momen penting seperti permusyawaratan tertingginya  menggunakan sistem E-VOTING sebagai bentuk “pertanggungjawaban moral” Muhammadiyah terhadap peradaban modern terkini.

Musyawarah Wilayah Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-39 yang baru saja dihelat tanggal 3-5 Maret 2023 di Bireuen, menjadi momen penting untuk membuktikan bahwa E-VOTING dapat menciptakan efektifitas dan efisiensi saat pemilihan anggota pimpinan Muhammadiyah berlangsung.

Pada pemilihan pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiyah tersebut, E-VOTING berperan penting membuat para musyawwirin jadi tenang, nyaman, khidmat dan menentukan pilihan dengan sistem e-voting secara lancar, cepat dan akurat. Seluruh peserta puas dan menyatakan momen e-voting sebagai kegiatan yang paling menarik. Zero complain, tidak ada komplain. Sistem bekerja baik 100%, hak suara semua digunakan, hanya 1 suara gagal digunakan, itupun karena peserta yang bersangkutan tidak hadir di bilik suara e-voting.

Hasil e-voting dapat diketahui secara real time, jumlah DPT dan DCT yang sudah disahkan terecord di sistem, waktu voting pun terkunci di sistem, sehingga tingkat kepercayaan peserta sangat tinggi dan peserta bisa fokus berdiskusi menentukan pilihan pilihan mereka dengan leluasa.

E-voting adalah peradaban baru dalam dunia permusyawaratan, setidaknya di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah.

Muhammad Yamin Abduh : Sekretaris Lazismu Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Aceh

  • Publisher : Suhendra

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *